Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
(QS. Al
Baqarah: 30)
“Setiap kamu
adalah pemimpin, dan akan diminta pertanggungjawabannya atas apa yang engkau
pimpin.”
(H.R Bukhari
Muslim).
Dalam Ensiklopedia Administrasi, pemimpin adalah orang
yang melakukan kegiatan atau proses mempengaruhi orang lain dalam suatu situasi
tertentu, melalui proses komunikasi, yang diarahkan guna mencapai
tujuan/tujuan-tujuan tertentu. Pemimpin adalah orang yang telah diberi mandat penuh
untuk mengelola bidang tertentu, termasuk merawat alam. Hal inilah yang membuat
kesimpulan hakikat semua makhluk di muka bumi adalah pemimpin, pemimpin
bangsanya, keluarganya atau minimal memimpin dirinya sendiri untuk bersinergi
dengan alam sebagai hunian. Namun dalam tulisan ini fokus bacaannya adalah
menyoal karakter pemimpin ideal untuk menjalankan roda
kehidupan bernegara berharap tuilisan bisa menjadi alat bantu untuk memandu
dalam menentukan pilpres 2014 yang akan dilaksanakan 9 Juli mendatang.
Alangkah baiknya mari kita baca terlebih dahulu Pidato
Abu Bakar as-Shidiq setelah diankat menjadi khalifah, "Saudara-saudara,
Aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik diantara
kalian semuanya, untuk itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku
berbuat salah luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan
kebohongan itu adalah pengkhianatan. 'Orang lemah' diantara kalian aku pandang
kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. 'Orang kuat'
diantara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil
hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan
kepada yang berhak menerimanya. Janganlah diantara kalian meninggalkan jihad,
sebab kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah Swt.
Patuhlah kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku
durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk
mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan Sholat semoga Allah Swt melimpahkan
Rahmat-Nya kepada kita semua".
Dari pidato tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa
pemimpin harus mempunyai; pertama sifat rendah hati dan mempunya hati
yang legowo, tidak meminta perlakuan istimewa dari bawahannya dan siap menerima
kritik membangun dari bawahannya karena pada dasarnya pemimpin adalah pelayan
masyarakat. Kedua, Pemimpin juga jujur dan adil, jujur atas amanah yang
dibebankan kepadanya dan adil dalam meperlakukan siapapun termasuk anggota
keluarganya, salah satu amanah terpentingnya adalah mengayomi dan siap menjadi
pembela bagi yang lemah
Ketiga, mempunya
komitmen kuat untuk berjuang, bukan sekedar hanya mencari popularitas atau
bekerja untuk mencari pangan, tetapi berjuang sepenuh hati untuk menciptakan
kesejahteraan bagi orang orang yang dipimpinnya, keempat demokratis, demokratis
dalam artian bekerja untuk rakyat dan mengambil keputusan yang berpihak kepada
rakyat, menentukan kebijakan atas pertimbangan kepentingan bersama dengan
mempertimbangkan azas musyawarah sebagai arah klebijakannya. Sebagai pondasi
dari perbuatan diatas adalah taqwa kepada Allah dalam rangka mencapai ingin
mendapat ridho dari-Nya. Dalam jiwa pemimpin harus ada sifat untuk mengajak
kepada kebaikan sebagaimana firman-Nya
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
"Kami telah menjadikan mereka itu sebagai
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan telah Kami
wahyukan kepada mereka untuk senantiasa mengerjakan kebajikan, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu mengabdi."
(QS. Al-Anbiya': 73)
Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsirnya kepemimpinan ideal
adalah pemimpin yang senantiasa mengajak rakyatnya kepada jalan Allah secara
aplikatif dengan keteladanan untuk mengabdi kepada kepada Allah sebagai ‘abd
yang tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah swt
وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ adalah batasan bahwa segala aturan kepemimpinan pada muaranay adalah
tunduk dan berorientasi kepatuhan kepada Allah .
***
Sudah bukan rahasia lagi pemimpin ideal adalah
kepemimpinan yang diperlihatkan oleh para Nabi dan Rasul terdahulu yang
diwariskan kepada para alim ‘ulama dan sampai ke tanah air ini. Karakter
kepemimpinannya selalu bertumpu pada 4 sifat wajib Nabi yaitu jujur (shidiq)
karena jujur adalah pintu masuk semua kebaikan,
berdakwah mengajak kepada kebaikan (tabligh) tidak hanya sekedar tebar pesona
sana-sini, bertanggung jawab dan amanah, cerdas dan cakap dalam mengambil
keputusan dan membaca situasi yang dihadapi masyarakat yang dipimpinnya,
silahkan baca terlebih dahulu asal usul tembang tombo ati
Kecerdasan sangat dibutuhkan untuk membawa terobosan
baru dalam mensejahterakan masyarakat yang dipimpinnya, termasuk kemapanan
mental dan keberanian dalam menghadapi berbagai tantangan yang akan menerpa
gerbong kepemimpinan yang besar apalagi seperti bumi pertiwi ini, Allah
berfirman dalam Q.s An-nisa: 83)
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا.
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang
keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka
menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri diantara mereka, tentulah orang-orang
yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka
(Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada
kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di
antaramu).
Asy-Syaukani dalam Tafsir Fathul Qadir menambahkan
bahwa kriteria pemimpin yang memang harus ada adalah keteladanan dalam kebaikan
secara universal sehingga secara eksplisit Allah menegaskan tentang mereka:
Telah Kami wahyukan kepada mereka untuk senantiasa mengerjakan beragam
kebajikan. Fi'lal khairat yang senantiasa mendapat bimbingan Allah adalah
beramal dengan seluruh syariat Allah secara integral dan paripurna dalam
seluruh segmen kehidupan.
Pada akhirnya kembali kepada kita semua, kita dituntut
untuk ikut berperan serta meskipun kewajibannya tidak bersifat taklifi
(personal) tapi bersifat kifa’i (kolektif) untuk mengangkat dan menegakkan
kepemimpinan yang benar menurut kepercayaan kita masing masing silahkan buka kembali
karya Abul Hasan Al-Mawardi dalam buku politiknya 'Al-Ahkam As-Sulthaniyah'
Efek baik dan buruknya sebuah sistem kepemimpinan akan
dirasakan semua pihak, berdasarkan hadits di bawah ini
وَرَوَى هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : { سَيَلِيكُمْ بَعْدِي وُلَاةٌ فَيَلِيكُمْ الْبَرُّ بِبِرِّهِ ، وَيَلِيكُمْ الْفَاجِرُ بِفُجُورِهِ ، فَاسْمَعُوا لَهُمْ وَأَطِيعُوا فِي كُلِّ مَا وَافَقَ الْحَقَّ ، فَإِنْ أَحْسَنُوا فَلَكُمْ وَلَهُمْ ، وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ
Hisyam bin Urwah meriwayatkan dari Abu Shalih dari Abu
Hurairah bahwasanya Rasulullah saw bersabda: "Akan datang sepeninggalku
beberapa pemimpin untuk kalian. Ada seorang yang baik yang memimpin kalian
dengan kebaikan, namun ada juga pemimpin yang buruk yang memimpin dengan
kemaksiatan. Maka hendaklah kalian tetap mendengar dan taat pada setiap yang
menepati kebenaran. Karena jika mereka baik, maka kebaikan itu untuk kalian dan
untuk mereka. Namun jika mereka buruk, maka keburukan itu hanya untuk
mereka"
Untuk mendapat calon pemimpin yang mengantongi semua
sifat mulia seperti di atas rasanya sangat sulit sekali –untuk tidak mengatakan
mustahil—karena banyak varian karakter dan kewajiban yang harus dipenuhi, bisa
saja kita menemukan sifat penujang kebaikan dan kelebihan dalam calon pemimpin
kita tetapi di sisi lain ada juga faktor keburukan dan kelemahannya tinggal
cara penentuannya adalah mencari yang paling banyak kebaikan dan kelebihannya.
Yang paling mengerti tentang hal itu adalah pribadi masing-masing para pemilih.
Tulisan ini sama sekali tidak ada tendensi untuk mempengaruhi para pemilih
tetapi hanya sekedar memberikan sekelumit panduan penting dalam menentukan karakter pemimpin ideal.